Senin, 6 Mei 2024
EkonomiInovasi

TINGKATKAN NILAI JUAL LABU DAN HARUAN JADI MAKANAN OLAHAN

Amuntai – Warga Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) perlu bersyukur dengan banyaknya daerah rawa, sehingga memiliki lahan yang luas untuk mencari ikan seperti ikan gabus atau yang biasa disebut ikan haruan.

Banyak konsumen yang gemar membeli ikan ini, karena selain rasanya yang enak, juga sangat mudah didapat di pasar ikan.

Namun warga Desa Kalumpang Dalam Kecamatan Babirik tak hanya ingin menjual ikan haruan dalam bentuk mentah, mereka juga menjadikan makanan olahan yang memiliki nilai jual lebih.

Harga jual ikan haruan jika sudah siang atau sore hari juga berbeda dengan ketika masih pagi yang masih segar, sehingga dengan membuat makanan olahan tidak akan memengaruhi harga jual meskipun disimpan dalam waktu cukup lama.

Akhirnya warga Desa Kalumpang membuat ikan haruan sebagai bahan untuk pembuatan kerupuk. Disaat para konsumen ragu untuk membeli kerupuk karena khawatir dengan adanya kandungan bahan berbahaya, warga di desa ini menawarkan makanan olahan kerupuk haruan dengan bahan yang aman dan bebas pengawet.

Rahmaniah, salah seorang warga Desa Kalumpang yang merupakan salah satu pembuat kerupuk mengatakan, kerupuk tersebut dibuat berbahan dasar ikan haruan dan labu, sehingga tidak hanya menghasilkan kerupuk yang enak namun juga menyehatkan.

Rahmaniah mengaku mendapat ide untuk membuat kerupuk haruan dan labu ini setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh TP PKK Kecamatan Babirik. Awalnya dirinya hanya membuat dalam jumlah kecil dan dijual kepada orang terdekat termasuk tetangga. Tak disangka pemesanan semakin banyak hingga dirinya akhirnya membuat brand kerupuk “Mama Bawai” sebagai nama kerupuk olahannya.

Nama tersebut diambil karena Mama Bawai merupakan panggilan untuk dirinya. Brand untuk kerupuk olahannya juga dicetak dan ditempel di kemasan kerupuk yang saat ini cukup mudah ditemukan dipasaran.

Saat ini pihak Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten HSU ketika mengadakan acara tertentu, kerupuk Mama Bawai juga kerap digunakan sebagai salah satu makanan olahan khas Amuntai yang diperkenalkan.

Bahan yang digunakan adalah labu dan haruan yang dikukus terlebih dulu, kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bahan tambahan seperti tepung, bawang putih, gula serta bumbu penyedap.

“Bahan dicampur dan dibentuk bulat panjang, kemudian dimasukkan ke dalam kulkas agar bahan menjadi keras,” terangnya.

Setelah keras, adonan dikeluarkan dan diiris tipis, kemudian dijemur di bawah matahari langsung. Saat matahari terik memerlukan waktu satu hari agar kerupuk bisa benar-benar kering. Rahmaniah menambahkan, harga penjualan kerupuk juga tidak mahal, yaitu Rp 40.000 per kilogram.

“Saat ini penjualan sudah sampai ke Banjarmasin, Kapuas, dan Palangkaraya. Bagi yang ingin membeli dalam jumlah banyak juga bisa dengan memesan langsung ke nomor telepon yang tertera di setiap kemasan. Sama sekali tidak pakai pengawet ataupun bahan berhaya lainnya, tapi tetap renyah dan bisa tahan dua bulan lebih sebelum digoreng,” ungkapnya.

Terpisah, Ketua TP PKK Babirik, Husna mengatakan, pihaknya memang sering melakukan pelatihan untuk ibu rumah tangga dalam membuat berbagai macam keterampilan ataupun pembuatan makanan. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keahlian para ibu rumah tangga untuk bisa membangun usaha sendiri.

“Bisa meningkatkan ekonomi keluarga, serta membantu suami yang kebanyakan merupakan petani,” ungkapnya. (Diskominfo/tim/indah)

Loading

Leave a Response

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Diskominfosandi HSU
Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kabupaten Hulu Sungai Utara
error: Konten di lindungi !!