Rabu, 24 April 2024
Umum

YAYASAN ADIPATI DANURAJA KUNJUNGI HSU

AMUNTAI – Senyum hangat tampak ketika Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) R Suria Fadliansyah menyambut rombongan Yayasan Adipati Danuraja setibanya di Amuntai.

Kedatangan rombongan yang di Ketuai Dewan Pembina Yayasan Adipati Danu Raja, Hj Sjahrizada Subardjo atau istri dari mantan Gubernur Kalimantan Selatan era tahun 70-80 itu disambut langsung oleh Pj Bupati HSU bersama jajaran dalam agenda silaturahmi dan ramah tamah di Mess Negara Dipa, Rabu (25/1/2023) malam.

Pj Bupati HSU mengaku menyambut baik kedatangan Yayasan Adipati Danuraja di Amuntai sekaligus silaturahmi dan napak tilas kiprah Adipati Danuraja yang juga dikenal sebagai Temenggung Dipa Nata di era Kesultanan Banjar khususnya di Amuntai.

Menurutnya, kedatangan Hj Sjahrizada Subardjo beserta rombongan sebagai mengenal nostalgia masa lalu sekaligus dapat menelusuri dan memperkenalkan situs budaya di Kabupaten HSU seperti Candi Agung.

Dikatakannya, bahwa Pemkab HSU terus berupaya memperbaharui tempat-tempat potential pariwisata yang ada di Kabupaten HSU.

“Melalui kunjungan ini, kami berharap nantinya bapak ibu sekalian dapat meliat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Kabupaten Hulu Sungai Utara. seperti bangunan besar RSUD Pambalah Batung Amuntai yang baru,” imbuhnya.

Sementara itu, anggota Dewan Pembina Yayasan Adipati Danuraja, H Fahrinnor Riza menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pj Bupati HSU yang telah menerima kunjungan dengan penuh kehangatan bersama jajaran pejabat SKPDnya.

Menurutnya, disamping silaturahmi kunjungan ini juga sebagai wadah untuk melihat kembali atau napak tilas tanah leluhurnya meski sekarang mereka telah tersebar di berbagai wilayah.

“Sejak berdiri enam tahun lalu (Yayasan Adipati Danuraja) ini pengurus dan anggotanya merupakan zuriat Datu Kabul (Datu Sepuluh) dan Adipati Danuraja, jadi disamping silaturahmi kegiatan ini juga istilahnya pulang kampung,” katanya.

Lebih lanjut, dikatakannya bahwa sejak beberapa tahun lalu Yayasan Adipati Danuraja juga telah menerbitkan buku tentang Biografi Adipati Danuraja, sehingga buku ini diharapkan dapat menjadi arsip Kabupaten HSU.

Terakhir, Fahriannor berharap Yayasan Adipati Danuraja dapat bersinergi dengan Pemkab HSU salah satunya dengan perhatian terhadap situs-situs bersejarah di Kabupaten HSU seperti makam Raden Adipati Danuraja.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Pembina Yayasan Adipati Danu Raja, Hj Sjahrizada Subardjo, memberikan sebuah buku tentang ‘kiprah Adipati Danuraja’ kepada Pj Bupati HSU, Kepala Dinas Perpustakaan HSU dan Kepala Dinas Pendidikan kabupaten HSU.

Sebagai informasi, Zainal Abidin atau Adipati Danu Raja yang juga dikenal dengan Temenggung Dipa Nata di era Kesultanan Banjar dan pemerintah Kolonial Belanda, merupakan sosok penguasa berpangkat Adipura, jika dikonversi sekarang setingkat gubernur yang membawahi Banua Lima, yang mana kala itu pusat pemerintahan wilayah Hulu Sungai merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Banjar, yang tidak ikut diserahkan kepada Hindia Belanda.

Adipati Danu Raja merupakan salah satu staf Sultan Adam yang mengelola wilayah Banua.

Hingga akhirnya, Kesultanan Banjar dihapus secara sepihak oleh Belanda pada 1860, wilayah Banua Lima pun dilebur menjadi afdeeling Amonthaij atau Amuntai pada 1861.

Sedangkan, Adipati Danu Raja tetap dijadikan penguasa dengan pangkat tambahan Raden Adipati Danu Raja.

Wilayah yang dibawahi Adipati Danu Raja sebagai raja daerah itu kala itu meliputi Distrik Alaij (Alai), Distrik Amandit (Kandangan dan sekitarnya), Distrik Nagara (Daha), Distrik Amuntai, Sungai Benar dan Alabio, Distik Kalau (Kelua), Distrik Balangan, Distrik Tabalong, Distrik Sihong, dan Distrik Patei.

Dari berbagai referensi, Adipati Danu Raja merupakan golongan Anak Cucu Orang Sepuluh (Cucu Sepuluh) di Amuntai. Sebagai raja daerah (adipati) yang beribukotakan Sungai Banar (kini Amuntai Selatan), merupakan salah satu provinsi di bawah Kesultanan Banjar, antara 1835-1845.

Banua Lima awalnya adalah wilayah Kerajaan Negara Daha yang ditaklukkan Kesultanan Banjar di era raja pertama, Sultan Sultan Suriansyah, hingga jadi daerah kekuasaan. Ketika itu, ibukota Banua Lima yang awalnya di Negara Daha (Nagara, Hulu Sungai Selatan), berpindah ke Sungai Banar (Amuntai Selatan).

Hingga, Kesultanan Banjar dihapus Belanda, dan akhirnya wilayah Banua Lima menjadi afdeeling Amonthaij (Amuntai). Namun, Adipati Danu Raja tetap menjadi raja daerah Banua Lima.

Masa kekuasaan Adipati Danu Raja terekam dalam catatan sejarah, termasuk Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap dan referensi lainnya menyebut nama asli adalah Jenal, dan versi lainnya lebih lengkap Anang Jainal Abidin.

Dari keturunan Adipati Danu Raja terdapat dua tiga nama yang mewarisi kekuasaannya, yakni Kiai Temenggung Mangkunata Kusuma, Raden Ngabehi Warga Kesoema, dan Haji Temenggung Kasuma Juda Negara. Hingga Adipati Danu Raja wafat pada 9 November 1861.

Sedangkan, dari garis keturunan, Adipati Danu Raja merupakan putra pasangan Kiai Ngabehi Jaya Negara (Pambakal Karim) dan Aluh Ungka.

Jadi para keturunan Datu Kabul (Datu Sepuluh) yang merupakan orang-orang berjasa di era Kesultanan Banjar ini dihimpun kembali di bawah Yayasan Adipati Danu Raja. (Diskominfosandi/wahyu/ihsan)

Loading

Leave a Response

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Diskominfosandi HSU
Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kabupaten Hulu Sungai Utara
error: Konten di lindungi !!